Masih terasa butiran air hujan menerpa kepala saya.
Lalu menetes bergulir ke bawah membasahi sajadah shalat yang penuh genangan air
Sengaja saya ga pake jas hujan atau peci atau penutup kepala
Agar bisa meresapi bulir demi bulir momen langka ini
Meresapi keberkahan Al Qur’an sampai ke relung hati
Di sebelah kanan saya ikhwan terdengar sedang menggigil kedinginan.
Sepertinya ini caranya dia dalam menikmati momen emas ini
Sebelah kiri saya ikhwan sedang fokus dan khusyuk.
Semoga tidak sedang mengantuk.
Di belakang saya, area pintu masuk Monas dari patung kuda ribuan peserta aksi bersama dalam derasnya hujan tetap tak bergeming.
Seakan menunjukkan bahwa aksi damai ini terus berjalan walau panas dan hujan
Nun jauh diluar sana, sampai penghujung tugu tani sampai penghujung Thamrin
Jutaan umat Islam dari penjuru Indonesia hadir dan khusyuk shalat Jumat dan doa Qunut.
Seakan tidak rela kalau baju ODOJ basah ini saya langsung ganti dengan yang kering.
Karena baju basah ini saksi sejarah Jum’at Kubro 212.
Saksi ukhuwah indah umat Islam Indonesia.
Saksi shalat Jumat terbesar di Indonesia dan bahkan dunia.
Saksi Long March Jamaah Ciamis yang rela jalan kaki ratusan kilometer ke Monas Jakarta
Saksi perjuangan mereka yang terhalang perjalanannya karena bus yang mereka tumpangi batal mendadak padahal sudah dibayar full.
Saksi peserta aksi yang saling berbagi makanan dan minuman. Bahkan udah kenyang masing ditawari terus makan sehingga ga bisa gerak untuk aksi. Perbaikan gizi.
Saksi peserta aksi yang saling berebut untuk kontribusi dan bagi-bagi. Bagi-bagi sajadah dan bagi-bagi jas hujan. Yang belum ada bagi-bagi rumah dan mobil.
Saksi baju basah yang kotor melihat peserta aksi saling mengingatkan untuk menjaga taman dan buang sampah di trashbag.
Saksi betapa Monas bersih seperti tidak ada acara apapun sebelumnya selesai aksi.
Mungkin lebih bersih dari biasanya
Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstantinopel akan bangga dengan umat Indonesia.
Bangga dengan kekompakan umat Indonesia.
Negara Islam terbesar di dunia.
Semuanya terjadi hanya karena mereka semata-mata cinta dengan AL Qur’an.
Tidak rela Al Qur’an dinista dan dihina.
Karena mereka sayang Al Qur’an.
Tidak mungkin 5 Juta orang berkumpul karena dibayar 2.500 Triliun. Sekali lagi 2.500 Triliun.
Saya menghitung 5 Juta dengan cara paling sederhana. 2 + 1 + 2 = 5 Juta.
Mereka berkumpul ikhlas lillahi ta’ala. Ingin syahid masuk JannahNya.
Bukan ingin dipuji karena berhasil menyewa ratusan bus atau puluhan pesawat konvoi ke Jakarta
Atau menyewa puluhan gerbong kereta konvoi ke Monas.
Jadi jangan sekali-kali ragukan kekuatan Al Qur’an.
Al Baqarah 2 sudah menyatakan..
“Dzaalikal kitaabu Laa Rayba Fiihi hudallil muttaqin”
Kitab ( Al Qur’an ) ini Tidak Ada Keraguan Padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Apakah kita termasuk yang ragu dengan kekuatan Al Qur’an ? Atau yakin dengannya ?
Kalau kita yakin InsyaAllah kita cinta. Kalau kita cinta maka kita akan mati-matian membela.
Bukan membela yang bayar tapi membela yang benar.
Jadi... Laa Rayba Fiihi. Jangan ragu deh..
Lalu apa buktinya kita cinta dengan Al Qur’an ?
Apakah cukup hanya dengan datang aksi lalu Al Qur’an dilupakan lagi ?
Buktikan dengan cara yang paling mudah dan sederhana. Tilawah atau membaca.
Tidak sulit dan tidak rumit. Bahkan gratis dan tanpa modal.
Cukup dengan membaca saja tapi kudu tiap hari InsyaAllah kita akan diberikan syafaat Qur’an di yaumil akhir. That’s simple. Right ? Ga ada yang left kan ?
Tilawah saja masih basic banget. Mulai tahap selanjutnya pahami dan amalkan.
Kalau ga diamalkan sama seperti kita lihat lampu merah tapi jalan terus. Ya nabrak.
Setidaknya itulah kemudahan AL Qur’an bagi kita. Mukjizat satu-satunya yang kita bisa temui sampai akhir zaman. Tidak akan terjadi lagi laut terbelah atau berharap hidup-hidup sehat wal’afiat masuk perut ikan hiu eh ikan Paus.
Baik banget kan Al Qur’an ? Baca dan bela aja InsyaAllah akan diberi syafaat nanti. Apalagi yang menghafal dan mengamalkannya.
Alasannya apalagi ? Sibuk ga punya waktu untuk tilawah ?
Lah..kemana aja. Ambil kalkulator deh. Waktu ente 24 jam. Istirahat 6 jam. Kerja 8-10 jam.
Tilawah cuman 30 menit sampai 1 jam ga disempetin ? Keterlaluan bingits.
Gimana kalau nanti alasan Al Qur’an..”sori bro ..gw ga sempet ketemu elu di yaumil akhir..gw sibuk ketemu yang lain.yang mau sempetin baca gw setiap hari”. Kita mau jawab apa ? Mau googling dulu cari jawabannya ?
Laa Rayba Fiihi..
Jadi pertanyaannya setelah aksi kemaren sebesar apakah cinta kita pada Al Qur’an dan seyakin apa kita pada Al Qur’an sebagai hidayah atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari ?
Kalau masih ga yakin silahkan baca lagi tulisan ini dari awal sambil denger murattal.
Ricky Adrinaldi
One Day One Juz
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>