-->

OM TOLERANSI OM

toleransi
Toleransi Beragama

"Di tempat kami, jika tiba hari raya Idul Fitri, maka yang non muslim ikut merayakannya, mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Mereka bertamu ke rumah kami, ikut meramaikan suasana. Begitu juga jika tiba hari raya Natal, giliran kami yang bertamu ke rumah mereka, mengucapkan selamat Natal. Ah, indahnya toleransi."
Pertanyaannya, apakah yang indah-indah itu selalu benar?
"Dijadikan terasa indah pada pandangan manusia."
Atau coba buka QS. Fatir, 35: 8
Salah satu hal yang tak boleh kita lupa,
"Iblis rela melakukan kebaikan demi terjadinya kemungkaran yang lebih besar."
Jangan naik darah dulu, simak tulisan ini sampai selesai; jika punya waktu. Jika tidak punya, sebaiknya tulisan ini ditinggalkan saja, atau nitip jejak. Hehe. Jangan sampai, tidak membaca sampai selesai, tidak mencoba memahami, lalu berkomentar "Ini tulisan provokasi". Jika begitu, maka Andalah biang provokasinya. Karena Anda menggiring orang untuk berpikir sama, yaitu tulisan ini adalah tulisan provokasi. Setuju, ya? Alhamdulillah.
Begini ....

Dulu, Nabi Ibrahim As ditangkap kemudian diikat pada tiang di atas tumpukan kayu untuk dibakar. Kita semua tahu apa sebabnya. Tidak lain karena Rosul Allah ini menghancurkan patung-patung yang disembah orang-orang pada masa itu. Mengapa Allah perintahkan beliau untuk menghancurkan patung-patung? Jawabannya adalah biar akidah itu bersih.

Singkat cerita, setelah ada anak beliau, Nabi Isma'il As, Nabi Ibrahim As menerima wahyu dari Allah untuk mendirikan sebuah rumah ibadah, Ka'bah, rumah ibadah pertama. Semua orang mengikuti agama Nabi Ibrahim As dan Isma'il As. Namun seiring berjalannya waktu, agama Nabi Ibrahim As dan Isma'il As perlahan ditinggalkan. Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah T O L E R A N S I.
Bagaimana bisa? Begini ceritanya.
Amr bin Luhay, dia adalah pemimpin Bani Khuza'ah. Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal berbuat bajik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga orang-orang mencintainya sampai orang-orang pada masa itu menganggapnya ulama besar dan wali yang disegani.
Tetapi yang terjadi malah lewat dialah pertama kali berhala masuk ke mekah, sehingga lama kelamaan ada ratusan patung-patung di sekitar Ka'bah. Bahkan, di dalam Ka'bah pun ada berhala. Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah itu tadi, toleransi.
Apakah Amr bin Luhay telah kehilangan akidahnya? Jawabannya tidak sepenuhnya. Ajaran Nabi Isma'il As., yang meneruskan ajaran bapaknya, Nabi Ibrahim As., masih melekat dalam diri Amr bin Luhay dan orang-orang pada masa itu, namun tidak sekuat pendahulunya, alias alakadar saja. Sehingga yang terjadi adalah--karena agama Ibrahim As dan Isma'il As yang sudah pudar--perbuatan yang bagi mereka terlihat baik, tetapi malah membunuh agamanya sendiri. Agama Isma'il As., penerus Ibrahim As.
Mereka tetap melakukan haji dan tawaf seperti yang dilakukan kedua Nabi yang mulia itu, tapi dengan cara mereka, tercampur dengan cara pagan yang dibawa oleh Amr bin Luhay, akibat toleransi yang melompati pagar. Agama Ibrahim As dan Ismail As pun dilupakan, Allah tidak lagi Esa. Ada Hubal, Latta, Uzza dan berhala-berhala lainnya. Tauhid hilang, akidah tercemar.
Inilah sebab dibutuhkan seorang Rosul, yang terakhir; Allah mengutus Muhammad Sholallahu Alaihi Wa Sallam untuk mengembalikan kebersihan akidah, seperti ajaran Ibrahim As dan anaknya, Isma'il As., yaitu Muslim, berserah diri, tauhid yang murni.
Apa yang dilakukan Rosulullah? Semua berhala dihancurkan. Apakah Rosulullah intoleran? Tentu saja tidak. Yang beliau lakukan adalah membersihkan akidah yang tercemar. Tapi sayangnya, yang dilakukan sekarang adalah sebaliknya, "Mencemari akidah yang sudah benar". Persis Amr bin Luhay.
Ya, awalnya hanya mengucapkan selamat, seiring waktu kemudian ikut merayakan, saling datang bertandang di hari keagamaan. Sampai suatu saat, lintas generasi, terkikisnya akidah murni, atas nama toleransi, masjid dan gereja itu bisa saja jadi satu. Hari jum'at ramai yang sholat, hari minggu ramai pula jemaat. Di hari-hari besar keagamaan bersatu padu, ada yang ngaji ada yang nyanyi; featuring, beda agama berkolaborasi menyembah Tuhan dengan cara mereka sendiri. Seperti ajaran Ibrahim As dan Isma'il As yang memudar, akhirnya agama itu hilang.
Itulah yang akan terjadi jika toleransi dilakukan sampai keluar pagar.
Sebenarnya, orang-orang non muslim yang baik agamanya, mereka tidak ada masalah tentang perayaan hari besar. Apakah muslim mengucapkan selamat atau tidak, ikut merayakan atau tidak. Tidak masalah bagi mereka. Sekalipun mereka heran, sehingga bertanya semisal, "Kenapa kalian dilarang mengucapkan?" Jika agamanya baik, maka dengan mudah mereka menerima penjelasan kita. Itulah toleransi yang sebenarnya. Bukankah toleransi itu menghargai keyakinan orang lain?
Contohnya sederhana saja,
Jika ada teman non muslim sedang makan babi, lalu dia menawarkan kita untuk mencicipi babi yang sedang dimakannya, kemudian kita jelaskan kepadanya bahwa babi dilarang dalam keyakinan kita, jika dia seorang yang menjaga toleransi, maka yang terjadi dia malah meminta maaf karena sudah menawarkan babi tadi, "Maaf Bro, gue nggak tau." Hee. Itu bagi yang mengerti apa itu toleransi.
Bisa jadi nih ya, maaf sebelumnya. Muslimlah yang baper. Merasa "nggak enakan". Lihat non muslim mengucapkan selamat Idul Fitri, pengen bales, nggak enak kalau nggak bales, ngucapin juga pas Natal. Lihat non muslim datang pas lebaran, pengen bales, nggak enak kalau nggak bales, datang juga pas Natal. Padahal aturan dua agama itu beda. Jika non muslim ikut lebaran, mungkin itu dibolehkan oleh agama mereka, kita ya kita, tetap jaga kemurnian akidah. Kerukunan antar umat beragama, ya tetap dijaga. Kalau mau silaturahmi, ya tidak perlu nunggu Natalan. Jelaskan pada mereka, jika mereka mengerti toleransi, pasti mereka memaklumi.
Paman bibi sepupu saya masih ada yang non muslim, Nasrani dan Budha. Kami saling menyayangi, kita akrab. Tapi untuk urusan agama, kita masing-masing. Itulah toleransi.
"Toleransi itu membiarkan, menghargai, bukan membenarkan, apalagi ikut-ikutan."

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Click to comment