Oleh: KH Hafidz Abdurrahman
Berbagai keajaiban seputar Aksi 212 terus Allah SWT
tunjukkan. Tak henti kita membicarakan, dan tak henti pula keajaiban demi
keajaiban itu terurai. Kemarin, saat mengisi Taushiyah Maulid Nabi Muhammad
saw. di Malang, KH Hasyim Muzadi, menuturkan, bahwa para malaikat telah
diturunkan oleh Allah di Aksi 212 di Monas kemarin. Beliau menuturkan,
“Bagaimana tidak, minta teduh, teduh. Minta hujan, hujan turun. Tujuh juta
lebih berkumpul dan bubar tanpa musibah. Jam 04 sore, Monas bersih kembali,
seperti semula.”
Hal senada, kemarin diungkapkan oleh Habib Rizzieq Shihab,
saat Evaluasi Aksi Bela Islam III. Berbagai keajaiban Allah tunjukkan. Betapa
tidak, upaya penghadangan dan penggembosan dilakukan di mana-mana, tetapi tetap
tidak bisa menyurutkan langkah peserta aksi. Bahkan, menurut beliau, ada
tentara yang menangis, karena ingin bersama umat, tetapi dia harus tunduk,
karena tekanan atasannya. Banyak peristiwa yang tidak bisa dinalar dengan nalar
manusia, tetapi semuanya berjalan dengan izin dan pertolongan Allah. Karena
itu, beliau mengingatkan, agar jumlah yang besar ini tidak lantas membuat kita
sombong.
Penuturan lain, peristiwa yang luar biasa juga diungkap oleh
Republika Online. Mengutip tulisan Arik S. Wartono, kesaksian munculnya
semerbak bau harum saat hujan turun jamaah shalat Jum’at di Monas.
********
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Postingan sebuah kesaksian
seorang yang bernama Arik S Wartono soal munculnya harum semerbak yang tercium
aksi super damai Bela Islam III atau aksi 212, Jumat (2/12), lalu, telah
menyebar di media sosial. Postingan yang diberi judul 'SEMERBAK HARUM SAAT
HUJAN TURUN JAMAAH SHOLAT JUM'AT MONAS, kesaksian Arik S. Wartono' itu
menceritakan bagaimana harum itu muncul saat hujan mengguyur massa aksi.
Berikut isi lengkap kesaksian Arik S Wartono:
Aku datang longmarch bersama tak kurang 3.000 (tiga ribu)
jamaah dari kawasan Harmony, memasuki kawasan Monas melalui arah barat Patung
Kuda Bundaran HI. Mendapat info bahwa Monas sudah penuh. Tapi aku butuh membuat
liputan kebenarannya.
Maka aku memotret dan membuat video di bundaran HI sebentar,
kemudian menerobos masuk mendekati panggung utama orasi di Monas, yang
sekaligus lokasi panggung imam jamaah Shalat Jumat.
Langkahku terhenti sekitar 25 meter dari panggung orasi,
sebab lautan umat sudah mustahil aku belah lagi untuk lebih dekat. Dari titik
itulah aku membuat liputan kesaksianku, sambil menggelar sajadah.
Selama tak kurang tiga jam berdiam di titik Barat Monas,
tepat kiri imam yang sekaligus lokasi panggung utama orasi, cuaca tak
sedetikpun panas. Matahari muncul sedikit tanpa membakar terik, selebihnya
mendung.
Drone terus beterbangan di atasku, hellykopter mengelilingi
Monas dalam hawa sejuk angin semilir. Saat aku memejamkan mata sambil bersila
di atas sajadahku sambil mendengarkan orasi Aa Gym, aku bahkan merasa
sauasananya seperti sedang di pinggir pantai, adem-semilir. Padahal kabarnya
ini aksi demonstrasi.
Setelah orasi beberapa tokoh, tiba saatnya Muadzin
mengumandangkan adzan sebagai tanda dimulainya ibadah Jumat yang merupakan
kewajiban bagi setiap muslim lelaki akil balikh. Saat itulah hujan mulai turun,
seolah Allah sengaja mengirim air wudhu untuk kami semua 7,4 juta jamaah.
Untuk orang sebanyak itu, coba pikir berapa ton kubik air
yang dibutuhkan untuk berwudhu sekalipun dalam situasi paling darurat? Allah
memahami kebutuhan kami, maka diturunkannya hujan yang tidak deras untuk kami
berwudhu. Masya Allah, jamaah pun diliputi rasa syukur dan haru.
Sekitar 5 menit hujan turun, indra penciumanku mengindera
bau semerbak harum. Aku berpikir sejenak, bau parfum siapakah ini yang sanggup
semerbak dalam guyuran hujan?
Bukankah kami berkumpul 7,4 juta orang? Mestinya kan pengab
bau keringat di bawah hujan? Normalnya kan bau apag (tak sedap) pakaian kotor
berkeringat yang terbasahi air? Tapi ini malah bau harum semerbak.
Aku coba berpikir lain: apakah ada yang sedang membakar
dupa? Ah mana mungkin ada dupa di bawah guyuran hujan? Lagipula ini bukan bau
dupa, dan mana mungkin ada jamaah shalat jumat yang membakar dupa?
Aku coba berpikir lain, dan harum semakin semerbak, lebih
dari 5 menit sudah harum ini. Apakah ada seseorang yang menyemprotkan parfum
mahal dalam jumlah besar? Aku lihat sekeliling, nihil. Di sisi kiri belakangku
sekitar 50 meter memang ada mobil tangki, tapi jelas bertuliskan Air Minum
(untuk Wudhu).
Harum semerbak bahkan kian jelas. Maka aku coba bertanya
pada orang-orang di sekelilingku dengan suara lumayan keras, sebab memang belum
Adzan kedua sebagai tanda dimulainya khutbah Jumat:
"Bapak-bapak dan Abang di sini semua apakah mencium bau
harum yang kuat?"
semua menjawab
"Ya, benar. Bau harum, wangi."
Aku lihat tadi ada seorang bapak usia 50an yang batuk saat
hujan mulai turun. Mungkin bapak ini sedang pilek. Aku langsung tanya:
"Apakah bapak juga mencium bau harum?"
beliau tegas menjawab: "Ya, benar bau harum !"
Aku bertanya sekali lagi dengan suara lebih keras pada semua
jamaah di sekelilingku:
"Apakah semua yang di sini mencium bau harum yang
kuat?"
Semua serempak menjawab
"Ya", sambil mengangguk.
Sampai aku mengulagi 3 kali pertanyaanku pada jamaah,
jawabnya pun sama: YA.
Aku melanjutkan pertanyaan:
"Parfum apakah yang bisa berbau harum di tengah guyuran
hujan begini?"
Kebetulan saat itu hujan mulai sedikit deras, bersamaan
dengan pertanyaanku. Tidak ada jawaban.
Akun lanjutkan:
"Adakah di sekitar sini tanaman yang sedang berbunga,
yang bapak dan abang semua kenali dengan bau harum begini?" Semua
menggeleng, kembali tak ada jawaban.
Aku lanjutkan lagi:
"Lalu bau harum apa ini, yang kita semua bisa
merasakannya dalam guyuran hujan begini?" Kali ini pertaanku melemah,
bahkan sedikit tersekat.
Dan beberpa jamaah aku lihat mulai berubah raut mukanya,
mereka mulai berlinang air mata. Tiba-tiba saja kami para lelaki telah menangis
di bawah hujan.
"Masya Allah... Subhanallah.. apakah Kau sedang
mengutus malaikatmu untuk kami ya Allah, dengan hujan ini?" Seorang bapak
berwajah keturunan Arab (tampaknya seorang ustsdz, atau mungkin habib) spontan
hampir berteriak sambi menangis.
Kami semua pun kian berlinang, tak kurang 100 orang saat itu
di dekatku yang memberi kesaksian tentang fenomena alam yang tak biasa ini.
Muadzin pun mengumandangkan adzan kedua, Habib Rieziq mulai
berkhutbah sebagai khatib shalat Jumat, dan bau harum tak tercium lagi, hujan
terus merintik. Kami tetap khitmad menyimak khutbah Jumat yang menggetarkan.
Dan aku menjadi saksi di antara 7,4 juta jamaah. Itu jamaah
shalat Jumat terbesar yang pernah aku ikuti seumur hidup, di bawah guyuran
hujan. Allahuakbar.
Jakarta, 2 Desember 2016
Penelusuran Republika.co.id, Arik S Wartono adalah pemilik
sanggar seni lukis bernama ‘Daun’.
****
Peristiwa-peristiwa ini, seperti kata KH Hasyim,
mengingatkan kita, akan Kemahakuasaan Allah, yang Allah tunjukkan saat Perang
Badar yang terjadi 14 abad silam, tepatnya 17 Ramadhan 2 H. Ketika Allah
menurunkan 3000 s/d 5000 malaikat-Nya untuk membantu pasukan kaum Muslim. Di
malam perang Badar itu, sepanjang malam Nabi saw. shalat dan menangis kepada
Rabb-nya.
Bahkan, doa Nabi saw. yang sangat terkenal saat Perang Badar
itu seolah menjadi senjata pamungkasnya, “Ya Rabb, andai saja kelompok [yang
hanya sedikit] ini kalah, maka setelah ini Engkau tak akan disembah lagi..” Doa
yang diucapkan oleh lisan suci nan mulia itu dilantunkan dengan nada bergetar,
terbata-bata, dengan linangan air mata, terus dan terus mengetuk pintu Rabb-nya
sepanjang malam.
Allah pun malu, jika tak mengabulkan doa hamba-Nya, terlebih
yang meminta adalah kekasih-Nya, Muhammad saw. Mereka yang berkumpul saat Aksi
212 itu juga para kekasih-Nya. Maka, 7,4 juta manusia yang Dia banggakan itu
pun mengetuk pintu-Nya, terus dan terus tanpa kenal putus asa. Mereka berharap
Allah menurunkan pertolongan dan keputusan-Nya.
Begitulah, dan tanda-tanda itu pun Allah tunjukkan kepada
hamba-Nya. Kita bersyukur, karena kita menjadi saksi peristiwa luar biasa itu.
Kita bersyukur karena iman dan hati kita bersama mereka..
Biarlah mereka yang iman dan hatinya tidak bersama para
kekasih-Nya. Biarlah mereka terus mencaci dan mencemoohnya, karena sesungguhnya
di mata Allah, mereka bukan siapa-siapa..
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>